JAKARTA – Tidak sedikit orang tua yang menganggap enteng dan bahkan menganggap tabu memberikan pendidikan seks kepada anak dan remaja.
Padahal, pendidikan seks harus dimulai sejak dini.
Tidak hanya bagi orang tua, pemuda dan pemudi juga menjadi poin penting untuk tidak mengarah pada perilaku negatif dan menciptakan generasi yang berkualitas.
Hal ini diperlukan untuk mengetahui bagaimana berperilaku seksual yang sehat dan mencegah pelecehan seksual.
Pendidikan seks ini tidak hanya sebatas berbicara tentang seks, tetapi juga mencakup topik reproduksi yang sehat dan benar, serta nasihat tentang masalah reproduksi.
“Mengapa ini penting untuk dibicarakan? Ternyata perilaku milenial tidak banyak berubah dalam hal kesehatan reproduksi kita,” kata dr Boyke dalam acara live YouTube BKKBN, Rabu (14/04/2021).
Menurut dia, berdasarkan survei tahun 2008 dan 2018, angka perilaku seksual di DKI Jaya masih tinggi, antara usia 14 hingga 21 tahun, hampir setengahnya melakukan hubungan seks.
“Masalahnya apa sih? Kenapa masih tinggi? Meski banyak yang membicarakan tentang pendidikan seks, sebenarnya cenderung naik,” katanya.
Banyak orang tua yang masih menganggap tabu untuk mempelajari pendidikan seks.
Mengingat pendidikan seksual juga berfungsi untuk memberikan informasi tentang pemeliharaan kesehatan reproduksi.
“Kesehatan reproduksi sering dikaitkan dengan seks, prosedur selalu dikaitkan dengan berbagai posisi. Sedangkan pendidikan seks adalah bagaimana laki-laki dan perempuan menjaga kesehatan reproduksi mereka, diri mereka sendiri, orang yang mereka cintai dan orang-orang di sekitar mereka, dan bagaimana mereka berhubungan dengan seks yang sesuai.”
Sebagai penutup, Dr. Boyke menghimbau para orang tua dan remaja Indonesia untuk segera mengetahui dan memberikan pendidikan seks, tidak hanya untuk anak-anak tetapi juga untuk teman, keluarga dan lingkungan untuk menciptakan generasi yang berkualitas.
“Mengapa harus diajarkan sejak dini agar anak-anak kita tidak menjadi korban para predator jahat di luar sana?” pungkasnya.